Misteri Dua Batu Meteor Ditemukan oleh Suprianto di Tengah Hutan, Pemkab Nganjuk Lakukan Penelitian Mendalam

Temuan dua batu yang diklaim meteor jatuh di hutan jati Kedung Ngaron, Bringin lereng Gunung Pandan oleh warga membuat Pemkab Nganjuk turun tangan. Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk akan mengecek apakah 2 batu itu memang meteorit atau bukan.

Kepala Bidang Kebudayaan Disporabudpar Kabupaten Nganjuk Amin Fuadi mengaku bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan awal terhadap 2 batu itu. Hasilnya, ada dugaan bahwa kedua batu itu memang batu meteorit.

“Jika melihat dari wujud benda kemudian uji magnet, sepertinya benar sesuai ciri-ciri salah satu jenis batuan meteor,” ujarnya.

Meski telah melakukan pengecekan, Amin mengatakan bahwa untuk memastikan kebenaran atas dugaan itu pihaknya akan melibatkan tim ahli. Dalam waktu dekat Disporabudpar Nganjuk akan berkirim surat ke museum Sangiran dan Museum Geologi.

Baca Juga:   Gunung Marapi Erupsi Jelang Sahur, Seburkan Abu Vulkanik Setinggi 1500 Meter

“Untuk kejelasan butuh penelitian lebih lanjut dari tenaga ahli. Kami dari Disporabudpar akan melakukan pemberitahuan ke museum Sangiran dan Museum Geologi,” kata Amin.

Menurut Amin, BPSMP Sangiran memiliki ahli yang bisa memastikan apakah batu itu merupakan meteorit atau tidak. Karena di Museum Sangiran ada koleksi batu meteorit.

“Sehingga, kepastian apakah dua batu yang memiliki berat masing-masing sekitar lebih 100 Kg itu adalah meteorit atau bukan akan segera diketahui,” tandas Amin.

Sebelumnya Suprianto (43) warga Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso mengaku telah menemukan 2 batu yang dia klaim batu meteor yang jatuh dari langit. Dia menemukan batu itu di sungai tengah hutan Kedung Ngaron, Bringin, lereng Gunung Pandan.

Baca Juga:   Miris Bayi Laki-laki Ditemukan Terbungkus Dalam Kantong Belanja di Daerah Cinere Depok

Sebelum menemukan 2 batu dengan berat masing-masing 104,3 kg dan 100,15 kg itu Suprianto mengaku ditemui perempuan tua di dalam mimpinya. Pesannya sama, dia diminta untuk mengambil batu gelung (batu meteor) di dalam hutan.

Pria yang merupakan anggota dari Komunitas Sejarah Nganjuk (Kota Sejuk) sekaligus aktif dalam komunitas penghijauan itu menemukan batu yang berbeda dari batu lainnya saat melakukan penghijauan di hutan.

“Dibanding batu biasa sangat beda. Ciri yang mencolok berat 5 hingga 7 kali lipat dengan ukuran batu yang sama. Dari warna juga lebih gelap dan halus ada seperti lubang-lubang jempol,” ujarnya.

Upaya keras dia lakukan untuk memindahkan batu yang dia percaya merupakan batu meteor itu dari hutan ke rumahnya. Dia sempat menggelindingkan batu itu dari lokasi ditemukan ke jalan yang bisa dilalui kendaraan sejauh 3 kilometer.

Loading

Berikan Komentar Anda