Harga Minyak Turun, Sentuh Level US$69 per Barel di Awal Pekan Ini

Harga minyak turun karena kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di konsumen minyak global terbesar, Amerika Serikat dan China.

Namun, kekhawatiran akan penurunan permintaan tersebut juga mengimbangi optimisme tentang pasokan yang ketat akibat pemotongan oleh OPEC+ dan pembelian kembali oleh AS untuk cadangan.

Mengutip Reuters, Senin (15/5), kontrak berjangka minyak Brent turun 43 sen atau 0,6 persen, menjadi US$73,74 per barel pada pukul 01.30 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$69,67 per barel, turun 37 sen atau 0,5 persen

Pekan lalu, harga minyak turun selama empat minggu berturut-turut, yang merupakan tren penurunan mingguan terpanjang sejak September 2022, karena adanya kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dapat masuk dalam resesi dengan risiko signifikan dari default historis dalam dua minggu pertama bulan Juni.

Baca Juga:   Kemenkeu Tetapkan Pencairan Gaji ke-13 PNS pada 5 Juni

Investor mencari tempat berlindung seperti dolar Amerika Serikat, yang menguatkan mata uang tersebut sehingga komoditas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

“Harga minyak masih tertekan oleh prospek permintaan yang lesu karena progres pembukaan kembali ekonomi China terlihat tidak lancar,” kata analis CMC Markets Tina Teng.

Tina menambahkan bahwa krisis perbankan Amerika Serikat juga telah menyebabkan kegelisahan di pasar.

Ia menambahkan investor akan mempelajari sejumlah data ekonomi China tentang produksi industri, investasi aset tetap, dan penjualan ritel pada minggu mendatang untuk mencari tanda-tanda perbaikan permintaan minyak.

“Dengan pembukaan kembali yang tidak merata di China dan kekhawatiran bahwa AS menghadapi perlambatan pertumbuhan ketika tanggal batas waktu utang semakin dekat, ditambah reli dolar AS, sentimen pasar terhadap minyak mentah akan tetap redup,” kata analis IG Tony Sycamore.

Baca Juga:   Spesifikasi Suzuki Tour H1 Hemat BBM dengan Harga Mulai dari Rp 86 Jutaan

Namun, pasokan minyak mentah global bisa menjadi lebih terbatas pada paruh kedua tahun ini karena OPEC+ dan sekutu mereka termasuk Rusia sedang melakukan pemangkasan produksi tambahan yang mengurangi ketersediaan minyak mentah jenis sour.

Loading

Berikan Komentar Anda