Deretan Rumah Mewah Para Perajin Tas di Garut, Sampai di Namakan Kampung Sultan

Deretan rumah-rumah mewah di Garut, Jawa Barat tengah menjadi perbincangan. Saking banyaknya rumah mewah, kampung ini disebut ‘Kampung Sultan’.

‘Kampung Sultan’ terletak di Kampung Pangauban, Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Seorang YouTuber yang pernah datang langsung ke Kampung Miliarder, Teh Mayang menceritakan, bahwa kampung tersebut cukup terpencil karena terletak di lereng gunung. Meski demikian, di kampung itu terdapat deretan rumah mewah.

Berikut ini fakta Kampung Sultan.

1. Ada banyak rumah mewah

Menurut Teh Mayang, ada sekitar 30 rumah mewah yang terlihat di pinggir jalan desa tersebut. Adapun rumah-rumah tersebut kebanyakan memiliki 2 lantai hingga 3 lantai.

Rata-rata, rumah tersebut memiliki desain klasik yang terlihat megah. Selain itu, juga terdapat mobil-mobil yang terparkir di dalam rumah tersebut.

“Menurut pikiran saya ini tuh unik banget karena wah rumahnya benar-benar mewah-mewah banget yang di pinggir jalannya. Fantastik banget,” kata Teh Mayang, kepada detikcom, Senin (24/7/2023).

Baca Juga:   Video Viral Aksi 2 Pemuda Palak Pedagang di Karang Tengah, Polisi Langsung Turun Tangan

2. Harga tanah diperkirakan tembus Rp 50-100 juta per tumbak

Harga tanah di desa tersebut diperkirakan tembus Rp 50-100 juta per tumbak atau per 4×4 meter persegi.

“Ada warga yang mengaku kalau harga tanahnya itu per tumbak sampai dihargai itu Rp 50-100 juta per tumbak, per 4×4 meter persegi. Iya mahal banget, melebihi (harga) di pinggir jalan raya, jalan provinsi,” ungkap Teh Mayang.

3. Mayoritas pekerjaan warga adalah perajin tas

Teh Mayang, mengatakan bahwa memang kebanyakan orang di kampung tersebut bekerja sebagai pengusaha tas. Tas yang diproduksi pun beragam, mulai dari tas sekolah untuk TK bahkan hingga kuliah.

“Jadi tas sekolah, tas yang berbagai jenis lah. Tas (untuk) TK, SD, SMP, sampai tas-tas yang dipakai anak kuliahan, yang ditenteng remaja-dewasa itu ada di sana,” katanya kepada detikcom, Senin (24/7/2023).

Baca Juga:   Biaya Kuliah Akademi Informatika Dan Komputer Medicom Medan 2024/2025

Selain memproduksi sendiri, perajin di sana juga menerima untuk membuat tas dari desain yang sudah disediakan oleh calon konsumen.

4. Pengusaha tas punya omzet hingga ratusan juta

Salah satu pengusaha tas di ‘Kampung Miliarder’ ini, Kusniawan mengaku bisa memiliki omzet Rp 500-600 juta per bulan. Ia menjual tas-tasnya hanya secara daring atau online saja.

“Kalau omzet saya per bulan itu sekitaran 500-600 juta per bulan,” katanya, dikutip dari InsertLive, Senin (24/7/2023).

Karena menjual tasnya secara online, ia bisa menjualnya ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, sampai ke luar negeri.

“Saya kan cuma (jualan) online aja, jadi ya seluruh Indonesia. Bahkan ada kalau di marketplace ada yang ke Brazil, Filipina, sampai ke Vietnam juga,” tuturnya.

Baca Juga:   Prospek Kerja Jurusan Administrasi Bisnis

5. Awalnya pekerjaan warga di sana sebagai petani

Salah satu warga Kampung Pangauban, Asep menceritakan bahwa pada awalnya, di kampung tersebut warganya bekerja sebagai petani. Namun, pada saat krisis moneter tahun 1998, keadaan ekonomi yang sulit membuat salah satu orang yang bekerja sebagai petani banting setir jadi pengrajin tas.

“Ada satu orang tua yang buka kecil-kecilan merintis buka konveksi tas. Nah dari situ lah kampung pangauban berkembang jadi seperti ini, megahnya, rumahnya mewah-mewah,” paparnya, dikutip dari InsertLive, Senin (24/7/2023).

“Dan sekarang pun anak-anak mudanya sekarang, 95%nya itu buka (toko) tas sendiri-sendiri,” tambahnya.

Loading

Berikan Komentar Anda