Harga Hyundai Ioniq 5 Bekas Kini Lebih Terjangkau

Mobil listrik Hyundai Ioniq 5 sempat menjadi primadona di Indonesia beberapa tahun lalu. Bahkan, model ini pernah dijual dengan harga yang lebih tinggi dari daftar resmi karena tingginya permintaan. Namun, setelah beberapa waktu berlalu, berapa harga bekas Hyundai Ioniq 5 saat ini?

Pertama kali dirilis pada tahun 2022 di Indonesia, Hyundai Ioniq 5 hadir saat pemain mobil listrik masih terbatas. Tingginya minat konsumen membuat permintaan melonjak dan waktu tunggu pemesanan menjadi sangat lama.

Akibatnya, mobil ini menjadi komoditas spekulatif di kalangan pedagang, di mana unitnya dijual dengan harga lebih mahal dari harga resmi. Bahkan, sempat ada informasi bahwa tenaga penjual Hyundai menawarkan percepatan antrean dengan biaya tambahan hingga Rp 50 juta. Saat itu, harga barunya berkisar antara Rp 700 juta hingga Rp 800 jutaan. Lantas, berapa harga versi bekasnya sekarang?

Baca Juga:   VIRAL Bayi 5 Bulan Meninggal Dunia Imbas Jalan Rusak di Ketapang

Berdasarkan pantauan di sejumlah situs jual beli mobil bekas, Hyundai Ioniq 5 sudah banyak dijual dalam kondisi seken. Harga jualnya pun bervariasi, dan mengalami penurunan signifikan dibandingkan harga barunya. Rata-rata unit produksi tahun 2022-2023 kini berada di kisaran Rp 400 hingga 500 jutaan.

Sebagai gambaran, Ioniq 5 Signature Long Range keluaran 2022 dengan jarak tempuh sekitar 60 ribu km dijual seharga Rp 419 juta. Sementara unit serupa dengan jarak tempuh 27 ribu km dipasarkan di angka Rp 460 jutaan. Padahal, saat pertama kali dijual pada 2022, varian tersebut dibanderol Rp 829 juta.

Contoh lainnya, varian Signature Long Range tahun 2023 dengan odometer 25 ribu km dijual Rp 475 juta. Ada juga versi Bluelink dari tahun yang sama dengan jarak tempuh 26 ribu km ditawarkan seharga Rp 495 juta.

Baca Juga:   Remaja di Medan Tewas Setelah Matanya Tertancap Anak Panah Saat Tawuran

Mengapa Harga Jual Kembali Mobil Listrik Turun Tajam?

Di Indonesia, harga jual kembali mobil listrik memang relatif turun drastis. Menurut Evvy Kartini, pendiri National Battery Research Institute, faktor utama yang menyebabkan ini adalah komponen baterai.

“Komponen baterai menyumbang hampir setengah dari nilai total mobil, apalagi jenis LFP dan lainnya. Saat harga baterai turun, otomatis nilai mobil ikut turun,” jelasnya kepada CNBC Indonesia.

Ia menambahkan, jika mobil listrik sudah digunakan selama 3 tahun, calon pembeli cenderung mengkalkulasi masa pakai baterai yang tersisa, ditambah biaya penggantian baterai yang mahal, sehingga harga mobil jadi jatuh.

Pertimbangan Membeli Mobil Listrik Jangan Fokus ke Harga Bekas

Yannes Martinus Pasaribu, akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pengamat otomotif, menyarankan agar konsumen tidak menjadikan nilai jual kembali sebagai faktor utama saat memutuskan membeli mobil listrik. Menurutnya, mereka yang masih berpatokan pada harga bekas pasti akan kecewa.

Baca Juga:   5 Politeknik Swasta Terbaik Tahun 2025 Berdasarkan Puspresnas (Pusat Prestasi Nasional)

“Sudah waktunya konsumen mobil listrik mengesampingkan resale value seperti saat membeli mobil bermesin konvensional,” ujar Yannes kepada detikOto.

Menurut Yannes, yang seharusnya menjadi fokus utama adalah teknologi dan efisiensi biaya operasional yang ditawarkan mobil listrik.

“Membeli BEV (Battery Electric Vehicle) sebaiknya dilihat seperti membeli perangkat teknologi canggih, seperti smartphone flagship atau komputer performa tinggi,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa konsumen harus mulai mengubah cara pandang terhadap kepemilikan mobil listrik, karena depresiasi harga adalah konsekuensi wajar demi mendapatkan akses terhadap teknologi mutakhir dengan biaya penggunaan yang lebih rendah.

Loading

About the Author

admin