10 Juli Akan Ada Fenomena Buck Moon

Teman-teman, tahukah kamu bahwa bulan Juli ini ada beberapa fenomena langit yang akan terjadi?  Dalam waktu dekat, kita akan melihat bulan purnama bersinar menerangi langit malam, lo.

Uniknya, bulan purnama ini disebut Buck Moon, yang diprediksi terlihat pada tanggal 10 Juli 2025.  Apa perbedaan fenomena Buck Moon dengan bulan purnama biasa, Bo?

Satu siklus dalam fase Bulan berlangsung selama 29,5 hari, atau satu orbit edar mengelilingi Bumi.  Artinya, setiap 29,5 hari kita dapat melihat fase bulan yang sama.

Pada 10 Juni kemarin, kita telah menyaksikan keindahan fenomena Bulan Stroberi (Strawberry Moon).  Setelah 29,5 hari sejak Strawberry Moon, kita akan melihat fenomena Buck Moon.

Baca Juga:   Cara Daftar PPPK 2024 yang Sudah Dibuka Hari Ini

Bersumber dari Livescience, fenomena Buck Moon merupakan salah satu bulan purnama dengan posisi terendah tahun ini.

Saat berada pada fase bulan purnama, Bulan berada 180 derajat dari Matahari, sehingga terlihat bulat sempurna dengan seluruh permukaannya terlihat terang.  Buck Moon diperkirakan akan berada di konstelasi Sagitarius, salah satu rasi bintang musim panas paling terkenal di Belahan Bumi Utara.

Nah, karena berada di posisi terendah, bulan purnama Buck Moon ini akan tampak lebih besar dan terang.  Faktanya, nama Buck Moon diperoleh berdasarkan tanduk rusa jantan yang tumbuh baru pada bulan Juli di Amerika Utara.

Penduduk asli Amerika juga memberi julukan selain Buck Moon, yaitu Salmon Moon, Raspberry Moon, dan Thunder Moon.

Baca Juga:   Nekat! Aksi Pria Curi Spion Saat Jalan Macet di Jakarta Viral di Media Sosial

Sinar Terang Bulan Purnama

Saat menyaksikan bulan purnama, kita akan melihat sebuah bulan dapat menyinari seluruh langit gelap.

Namun, cahaya Bulan tidak dapat seterang cahaya yang dihasilkan Matahari, karena Bulan tidak menghasilkan cahayanya sendiri.  Bulan bersinar karena pantulan dari sinar Matahari yang sedang menyinari belahan bumi yang lain.

Hasil pantulan cahaya Matahari membantu Bulan menjadi penerang bagi sebagian planet Bumi yang mengalami malam hari. Namun, Bulan tak memantulkan seluruh cahaya Matahari, hanya sekitar 3-12 persen cahaya Matahari yang terpantul ke Bulan.

Faktanya, setidaknya ada tiga faktor yang membuat Bulan hanya bisa memantulkan sedikit cahaya Matahari kita.

Pertama, komposisi. Permukaan Bulan itu terdiri dari batuan abu-abu gelap dan debu halus bernama regolith. Bahan ini tidak terlalu baik dalam memantulkan cahaya, sehingga sebagian besar cahaya justru diserap dan tak dipantulkan.

Baca Juga:   Sekolah Tak Ada Kamar Mandi, Murid Terpaksa Buang Air di Sungai

Kedua, sudut pemantulan. Cara cahaya dipantulkan oleh Bulan juga memengaruhi jumlah cahaya di Bumi, lo. Bentuk permukaan Bulan yang tidak rata membuat cahaya Matahari dipantulkan ke berbagai arah, atau tidak fokus.

Ketiga, fase Bulan. Saat purnama, kita melihat seluruh bagian Bulan yang diterangi Matahari, sehingga Bulan tampak terang. Di fase lain, hanya sebagian kecil permukaan Bulan yang terkena cahaya, sehingga cahaya yang dipantulkan sedikit.

Loading

About the Author

admin