Suasana mencekam menyelimuti kawasan Sungai Citarum pada Jumat malam, 23 Mei 2025. Sebuah jembatan apung yang menghubungkan Kampung Cijeruk, Bojongsoang dengan Kampung Mekarsari, Baleendah, Kabupaten Bandung, mendadak ambruk sekitar pukul 19.00 WIB.
Peristiwa ini sempat membuat panik warga sekitar karena sejumlah kendaraan jatuh ke sungai akibat putusnya jembatan di tengah arus deras.
Video amatir warga yang menyebar luas di media sosial memperlihatkan detik-detik jembatan roboh dan bagaimana pengendara motor terjebak di tengah jalan sebelum berhasil dievakuasi.
Kejadian ini menyoroti kondisi infrastruktur darurat yang kerap digunakan sebagai jalan alternatif warga. AKP Hendri Noki, Kapolsek Baleendah, menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
“Sekitar pukul 19.00, dan untuk korban nihil,” ujarnya saat diwawancarai di lokasi kejadian.
Namun, beberapa motor dilaporkan tercebur ke sungai, walau akhirnya berhasil diselamatkan oleh warga.
Jembatan Cijeruk yang memiliki panjang sekitar 20 meter dan lebar 3 meter itu diketahui dibuat secara swadaya oleh warga dengan bantuan pihak swasta, menggunakan struktur kayu dan drum apung sebagai penopang.
Namun, intensitas hujan tinggi yang mengguyur wilayah Bandung sejak siang menyebabkan debit Sungai Citarum meningkat tajam, membuat arus air sangat deras dan menghantam konstruksi jembatan.
Saat kejadian, beban kendaraan yang melintas cukup tinggi dan diduga menjadi pemicu utama patah di bagian tengah, sehingga jembatan tak mampu menopang.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa jembatan tersebut tidak dirancang untuk kapasitas berat, apalagi dalam situasi cuaca ekstrem.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), segera memberikan pernyataan resmi melalui akun TikTok resminya. Ia menegaskan bahwa jembatan tersebut dibangun secara gotong-royong, namun memang tidak layak menahan beban lalu lintas berat.
“Saya mendapat informasi dari berita yang dibaca bahwa jembatan Cijeruk itu roboh. Jembatan itu merupakan jembatan yang dibangun berdasarkan swadaya dan sukarela beberapa pihak, termasuk pihak swasta. Tetapi konstruksinya tidak memadai untuk dilalui jumlah kendaraan yang sangat banyak. Sehingga terjadilah roboh jembatan tersebut,” jelasnya.
Dedi juga menyoroti pentingnya akses jalan alternatif bagi masyarakat.
“Dan masyarakat menggunakan jembatan tersebut sebagai bentuk alternatif dari jalan infeksi yang jembatan lain dianggap jauh melingkar, sehingga itu dianggap jembatan itu paling mudah untuk menjangkau tujuan yang dia tuju.”
Dalam pernyataan lanjutannya, KDM menyampaikan bahwa ia telah berkomunikasi langsung dengan Bupati Bandung untuk menindaklanjuti solusi jangka panjang.
“Saya sudah telepon Bupati Kabupaten Bandung, yang harus dilakukan adalah membangun jembatan permanen,” tegasnya.
Langkah konkret pun disampaikan, di mana pihaknya akan segera menurunkan tim teknis dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemkab Bandung untuk melakukan studi kelayakan pembangunan jembatan permanen di lokasi tersebut.
Peristiwa ini kembali membuka mata tentang pentingnya infrastruktur publik yang aman dan berstandar nasional, khususnya di wilayah padat penduduk yang menggantungkan aktivitas harian pada akses jembatan penghubung.
Kejadian di jembatan Cijeruk menjadi sinyal bagi pemerintah agar lebih cepat dan tepat menanggapi kebutuhan infrastruktur warga yang kerap terabaikan.
Sementara itu, warga mengaku berharap besar bahwa rencana pembangunan jembatan permanen dapat segera direalisasikan agar mereka tak perlu lagi berjudi nyawa setiap kali menyeberangi sungai.