Seorang warga bangun tembok di akses jalan satu-satunya di kampung RT 09 RW 09, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur. Penutupan jalan dengan tembok itu dilakukan oleh keluarga pemilik tanah, yakni Mohamad Sidik, pada Minggu (5/8/2024).
Mohamad Sidik adalah salah satu ahli waris dari pemilik tanah yang tak lain ayahnya sendiri, yaitu Muhammad Ali atau akrab disapa Engkong Ali. Penutupan jalan ini mengakibatkan warga bernama Puji Rahayu (49) dan lainnya tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari.
“(Yang terdampak) ada dua rumah, delapan KK, 21 penghuni,” ungkap Puji, Senin (5/8/2024), melansir dari Kompas.com.
Untuk menuju rumah Puji kini harus memasuki salah satu gang dengan ukuran kurang dari satu meter.
Di sebelah kiri ujung gang terdapat pintu masuk kediaman warga yang juga merupakan saudara Puji.
Puji lalu harus melewati ruang tengah rumah itu hingga akhirnya tiba di kediamannya. Puji tidak mengetahui alasan Sidik menutup akses jalan.
“Februari 2024 itu, tiba-tiba mau ditutup. Saya tanya dong sama si pemilik, ‘Kenapa? Ada masalah apa sama saya? Sama keluarga saya?’, ‘Enggak ada’, ‘Terus kenapa ditutup?’, ‘Enggak apa-apa, mau tutup saja, mau buat kontrakan’,” ujar Puji.
“Saya tanya, ‘Kapan buatnya?’, ‘Enggak tahu, pokoknya mau ditutup saja’, ‘Kamu punya masalah sama saya?’, ‘Enggak ada’, gitu. Jadi, saya kan bingung,” imbuh dia.
Karena pihak pemilik tanah masih memberikan akses pada Februari 2024, meski telah ditutup setengah, Puji akhirnya membiarkan rencana penutupan total tersebut.
“Kebetulan saya (Februari) lagi sibuk (mau pemilu), jadinya, ya saya ya sudahlah, selama masih dikasih, ya enggak masalah. Tapi, kendaraan kami semua enggak bisa masuk. Akhirnya ditaruh di luar semua,” kata dia.
Puji berujar, pemangku wilayah setempat sudah berupaya mempertemukan kedua belah pihak hingga sempat mediasi empat kali.
Kendati demikian, pertemuan itu tidak membuahkan hasil sampai Sidik menutup akses jalan pada Minggu (4/8/2024).
“(Pak Lurah) waktu itu sempat bilang, ‘Mau enggak mau, ya jebol rumah saudara’. Coba, itu solusi bukan? Bukannya tambah masalah?” ujar Puji.
Sementara itu, Lurah Cililitan, Sukarya, menjelaskan, keluarga Puji sempat meminta izin kepada Engkong Ali untuk meminta akses jalan sebelum tahun 2000-an.
Alasannya, jalan di dekat tampak depan rumah Puji yang dulu itu terdapat pemotongan hewan anjing.
“Mungkin, (keluarga) Ibu Puji kurang nyaman. Karena ada pemotongan hewan B1. Akhirnya, dia minta tolong ke belakang rumahnya, karena ada tanah yang luas yang bisa menghubungkan ke kelurahan,” kata Sukarya kepada Kompas.com saat ditemui di Kantor Lurah Cililitan, Senin (5/8/2024).
Rupanya, alasan Sidik menutup setengah jalan pada Februari 2024 itu karena merasa resah dengan Puji yang kerap menerima tamu.
Pasalnya, Puji disebut merupakan salah satu tim sukses dari salah satu partai politik pada Pemilu 2024, sehingga kerap menggelar rapat di kediamannya.
Sukarya mengetahui alasan Sidik menutup jalan ini setelah dia bertanya langsung ke Sidik dalam mediasi antara kedua pihak yang berlangsung di Kelurahan Cililitan.
“Saya tanya, ‘Kenapa ditutup setengah, Pak?’. Alasannya, ‘Saya merasa kebisingan. Karena Ibu Puji sering mendatangkan tamu-tamu, karena Ibu Puji itu tim sukses salah satu partai. Jadi, sering kumpul. Saya merasa terganggu Pak Lurah, karena saya punya anak kecil’,” ungkap Sukarya.
“Ya akhirnya timbul permasalahan, akhirnya ditutup (setengah) sama Pak Sidik. ‘Saya enggak tutup penuh lho, Pak. Cuma, saya berharap, motor enggak lewat situ. Itu saya masih bermurah hati’,” tutur Sukarya.
Sementara itu, Puji tetap tidak terima dengan penutupan setengah akses jalan tersebut.
Kala itu, dia tetap meminta pemangku wilayah mencarikan solusi agar keluarganya bisa kembali mendapatkan akses jalan untuk dilalui sepeda motor.
Pada mediasi ketiga, Sukarya sempat bertanya ke Sidik apakah lahan di depan rumahnya ini akan dijual.
Harapannya, dapat dibeli oleh keluarga Puji dan permasalahan ini selesai secara kekeluargaan.
Namun, Sidik menegaskan tidak akan menjual lahan tersebut karena mengeklaim bahwa para ahli waris akan melebarkan kontrakan.
“Ini juga Bu Puji enggak mau. Intinya, Ibu Puji itu bersikukuh, pengin tetap jalan motor di situ. Karena alasannya ada orangtua,” tutur dia.
Empat mediasi yang difasilitasi oleh Kelurahan Cililitan pun tidak membuahkan hasil.
Masing-masing pihak bersikukuh dengan pendapat masing-masing.
Puji tetap ingin meminta jalan dibuka agar bisa diakses oleh motor, sedangkan Sidik berkukuh menutup setengah jalan dan tidak akan menjual lahan miliknya itu.
“Saya bilang, ‘Ya diselesaikan dulu deh secara kekeluargaan bagaimana baiknya. Pak Sidik terserah’. Karena saya enggak bisa memaksa (membongkar), karena tanahnya itu ternyata tanah privat, bukan jalan umum,” tambah dia.
Dalam rapat mediasi keempat yang juga dihadiri oleh Kasatpel Citata Kramatjati dan Bina Marga Kramatjati pada 18 Juli 2024, Sidik menyampaikan ke Sukarya niatnya menutup akses jalan secara penuh.
“Mungkin sudah terlanjur kesal kali ya. Dia sudah kasih jalan setapak, Ibu Puji tetap minta jalan motor,” tutur Sukarya.
Benar saja, tak sampai sebulan dari mediasi tersebut atau Minggu (4/8/2024), akses jalan ditutup secara penuh.
“Tapi, saya enggak bisa melarang. Ada suratnya. Pak Sidik menyatakan bahwa akan menutup. Ya itu terserah, haknya dia. Ya namanya penguasaan fisiknya dia,” imbuh Sukarya.
Kini, perkara penutupan akses jalan di depan rumah Puji sudah ditarik ke tingkat kecamatan.
Mediasi kelima akan digelar di kantor Kecamatan Kramatjati pada Rabu (7/8/2024).