Sebuah video amatir yang menampilkan seorang kakek kelelahan berusaha menjual jam tangan demi ongkos pulang menjadi viral dan menarik simpati publik di media sosial.
Dalam rekaman video yang diunggah oleh akun Instagram @fakta.beriita, kakek tersebut tampak terengah-engah.
Ia menyampaikan bahwa ia berniat menjual jam tangannya agar bisa mengumpulkan Rp2.500 untuk naik angkot menuju Cibiru.
“Mau dijual aja, mau pulang naik angkot ke Cibiru, Rp2.500,” ujar sang kakek saat ditanyai oleh perekam video tersebut.
Kakek tersebut mengungkapkan bahwa pekerjaan sehari-harinya sebagai pengemudi odong-odong tidak berjalan lancar hari itu, karena sepi penumpang.
Ditambah lagi, kondisi fisiknya yang sudah menua membuatnya semakin kelelahan. Olehnya itu, sang kakek merasa perlu menjual barang berharga seperti jam tangan demi mendapatkan ongkos pulang.
Unggahan video ini pun sontak mengundang berbagai respons dari warganet yang menyampaikan keprihatinan dan simpati mereka terhadap kondisi kakek tersebut.
Banyak yang berharap agar ada bantuan yang datang untuk meringankan beban hidupnya, sekaligus memberikan perhatian lebih kepada para lansia yang masih bekerja keras di usia lanjut.
Respons warganet terhadap video menyayat hati seorang kakek yang berusaha menjual jam tangannya demi ongkos pulang menuai beragam komentar, mulai dari keprihatinan hingga refleksi sosial.
Akun @grey_samdong menyoroti soal empati pemimpin terhadap rakyat, mengungkapkan kegelisahannya bahwa banyak yang ingin menjadi pemimpin namun melupakan rakyatnya.
“Aku takut saat aku jadi pemimpin nanti rakyatku masih menderita kelaparan. Tapi mengapa banyak orang berlomba-lomba jadi pemimpin tetapi enggan sadar atas rakyatnya,” tulisnya penuh keprihatinan.
Sementara itu, @perdana1224 menyampaikan ajakan sederhana namun penuh makna, agar setiap orang bisa turut meringankan beban kakek tersebut dengan menikmati odong-odongnya.
“Mksdku sya klo liat bapak-bapak begini bawa odong-odong tolong naiki odong-odongnya supaya bapaknya merasa senang dan bisa bawa pulang uang,” komentarnya.
Komentar lain datang dari @muslimeffendi3, yang menyayangkan bagaimana perubahan zaman membuat generasi muda lebih sibuk dengan gawai daripada aktivitas seperti naik odong-odong, yang dulu menjadi hiburan sederhana anak-anak.
“Maaf ya kek, anak jaman sekarang kalau main selalu pakai HP, gak seperti jaman dulu,” ujarnya.
Akun @wicaksono, di sisi lain, mengusulkan agar penggalangan dana lebih diarahkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan seperti kakek ini.
“Mending open donasi buat orang yg bener membutuhkan seperti ini daripada donasi ke modelan si AGS,” sarannya.
Terakhir, @ibn_sugli membagikan kenangan masa kecilnya, mengingat kakek tersebut yang sering lewat dengan odong-odong di depan rumahnya.
“Waktu saya kecil, saya sering naik odongnya, waktu itu sering lewat depan rumah saya beliau:),” kenangnya dengan rasa nostalgia.
Respons warganet ini menunjukkan solidaritas dan empati masyarakat, mengingatkan kita akan pentingnya perhatian terhadap sesama di tengah tuntutan hidup yang kian sulit.