Dunia media kembali diguncang oleh kabar mengejutkan. Kompas TV secara resmi menghentikan penayangan salah satu acara unggulannya, Kompas Sport Pagi, setelah mengudara selama hampir 12 tahun. Keputusan ini menjadi bagian dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar yang terjadi di dalam organisasi televisi tersebut.
Momen perpisahan ini menjadi perhatian publik setelah pembawa acara senior, Gita Maharkesri, tak mampu menyembunyikan emosinya saat membacakan siaran terakhir. Cuplikan Gita yang meneteskan air mata saat menutup programnya menyebar luas di media sosial dan menyentuh hati banyak warganet.
“Tak terasa ini adalah ujung dari perjalanan panjang Kompas Sport Pagi… Terima kasih atas semua dukungan dan masukan dari pemirsa setia kami,” ujar Gita dengan suara lirih yang penuh emosi.
Dari kabar yang beredar, keputusan untuk menghentikan acara ini bukan hanya berasal dari pertimbangan redaksi, melainkan bagian dari strategi efisiensi serta penataan ulang struktur bisnis Kompas TV. Sejumlah staf redaksi dan tim produksi turut terdampak akibat kebijakan ini.
Langkah ini mencerminkan tekanan berat yang dihadapi media tradisional, terutama dalam menghadapi peralihan besar-besaran ke platform digital. Menurunnya pendapatan dari iklan serta perubahan perilaku konsumsi informasi menjadi tantangan serius, yang mendorong banyak perusahaan media melakukan perampingan karyawan demi bertahan hidup.
Fenomena PHK massal di Kompas TV bukanlah kasus pertama. Sejak 2023, berbagai perusahaan media besar, baik di dalam maupun luar negeri, telah melakukan tindakan serupa. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan jurnalisme berkualitas di era digital.
Para pengamat media mengingatkan bahwa tanpa langkah transformasi yang cepat dan tepat sasaran, media konvensional bisa terus kehilangan relevansi dan daya saing.
Gelombang PHK dan penutupan program serupa diperkirakan akan terus terjadi jika industri media tidak segera beradaptasi dengan perubahan zaman dan kebutuhan audiens digital.