Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama di Kota Bogor, (SMP) Nadia Putri Darmawan, beragama kristen, terpaksa sekolah di Masdrasah Tsanawiyah lantaran tak memiliki biaya untuk mengenyam SMP Negeri. Bahkan, karena tidak memiliki biaya kini siswi tersebut terancam putus sekolah untuk melanjutkan ke jenjang SMA.
“Mau mau banget sekolah. Itu mau masuk jurusan kecantikan di Borcess, tapi enggak ada biaya,” kata Nadia siswi MTS Nurul Huda, ditemui Cakrawala.co di rumahnya Kampung Sumur Wangi No.58 RT 004 RW 009 Kelurahan Kayu Manis, Tanah Sareal,Selasa 19 November 2024
Nadia sendiri mengaku terbiasa memakai Jilbab sejak duduk di kelas dua MI di sekolah tersebut. Belajar dari teman-temannya, bertahun- tahun di sana membuat Nadia terbiasa mengikuti peraturan sekolah. Bahkan, Nadia mempelajari bahasa Arab.
“Iya kalau ke sekolah pakai Jilbab, udah sih biasa kan dari SD di sana, Bisa kan belajar nulis juga (bahasa Arab),” ungkap Nadia.
Nadia lahir dari pasangan Auw Rudi Darmawan dan Merry Natalia. Pasangan ini bekerja serabutan menjadi pedagang makanan keliling. Nadia sendiri anak sulung dari empat bersaudara. Adik Nadia, Jason Felix Darmawan dan Lionel Febri Darmawan duduk dibangku sekolah dasad, SDN Kayu Manis 1 Kota Bogor. Sedangkan si bungsu, masih balita berusia tiga tahun.
Berasal dari keluarga miskin, keluarga Nadia berharap bersama seluruh anak-anaknya, mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) progam pemerintahan Joko Widodo..
“Belum dapat KIP, pernah dapat bantuan pemerintah PIP tapi waktu itu cuma sekali, sama Leonel,” ungkap Kiki.
Ayah Nadka, Rudi menceritakan, Nadia kini sudah duduk di kelas 9 di MTS Nurul Huda, yang berlokasi tak jauh dari rumah. Nadia terpaksa tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama negeri, yang tak jauh dari rumahnya. karena sejak bangku kelas 2 SD nadia bersekolah di sekolah yang sama Madrasyah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda.
“Jadi waktu pindah dari Jakarta, kelas dua SD itu Nadia masuk ke sini, karena tidak bisa masuk ke negeri,” ungkapnya.
Setelah tamat sekolah sampai hari ini ijazah MI, Nadia masih tertahan lantaran tidak memiliki uang untuk melunasi biaya sekolah. Penyebab itu yang membuat Nadia terpaksa melanjutkan sekolah di yayasan yang sama.
“Jadi mau ke sekolah SMP negeri, tapi tidak biaya, buat bayar biaya dari kelas dua sampe lulus. Sampai sekarang di MTS juga belum bayar, nanti bagaimana nanti sekolahnya,” ungkap Rudi yang akrab disapa Kiki.
Meski keluarganya beragama kristen, Kiki mengaku tidak khawatir soal keyakinan Nadia yang sekolah di Madrasah. Sebab, setiap akhir pekan Nadia rutin beribadah ke Gereja.
“Kalau agama masing-masing, enggak enggak khawtir, kalau sekolah pakai jilbab kan memang sudah aturan sekolahnya, tapi kalau sudah pulang di buka,” ungkapnya.
Kiki mengaku usai tamat MTS Nadia, terpaksa tidak melanjutkan ke SMA, karena terbentur biaya. Kiki berharap anak-anaknya mendapat bantuan pemerintah, seperti Kartu Indonesia Pintar.
“Lulusnya, Juni tahun depan, mau masuk ke SMA bayarnya dua juta, saya enggak sanggup, buat makan aja susah, apa lagi bayar sekolah. Ini aja sekolah di MTS Nurul Huda sudah mau 10 tahun, sama sekali saya enggak pernah bayaran, dari dia SD kelas satu, mungkin entar dia lulus dihitung-hitung sama sekolahnya dari SD sampai SMP. Makanya saya mau cari kerjaan buat Nadia,” ungkapnya