Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Internasional yang diselenggarakan di Sharm el-Sheikh, kota di tepi Laut Merah, Mesir, pada Senin (13 Oktober 2025).
Dalam pernyataan resmi dari Istana Kepresidenan Mesir, disebutkan bahwa forum internasional ini akan mempertemukan lebih dari 20 pemimpin dunia dalam satu pertemuan besar untuk membahas masa depan perdamaian global.
Mengutip laporan Al Jazeera pada Minggu, 12 Oktober 2025, KTT tersebut bertujuan untuk “mengakhiri perang di Jalur Gaza, memperkuat upaya perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah, serta membuka babak baru bagi keamanan regional.”
Pernyataan tersebut juga menegaskan bahwa pelaksanaan KTT ini sejalan dengan visi Presiden AS Donald Trump dalam menciptakan perdamaian global dan mengakhiri konflik di berbagai belahan dunia.
Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati tahap pertama dari rencana 20 poin yang ia rumuskan pada 29 September 2025 untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza.
Rencana itu terdiri dari beberapa tahapan utama.
Pada tahap pertama, disetujui pertukaran tawanan, yaitu pembebasan seluruh warga Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza yang dimulai Jumat pukul 12.00 waktu setempat (09.00 GMT).
Tahap kedua mencakup pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa melibatkan Hamas. Dalam tahap ini, akan dibentuk pasukan keamanan gabungan yang terdiri dari warga Palestina serta perwakilan negara-negara Arab dan Islam, disertai proses perlucutan senjata Hamas.
Sejak Oktober 2023, konflik dan serangan berkelanjutan oleh Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 67.600 warga Palestina, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, membuat wilayah tersebut nyaris tidak layak huni.
Langkah diplomatik yang diinisiasi oleh Trump dan Sisi ini diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam menghentikan kekerasan di Gaza, sekaligus membuka jalan menuju perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Timur Tengah.