Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, resmi mengundurkan diri setelah menuai kontroversi akibat pernyataannya mengenai beras. Ia menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Perdana Menteri Shigeru Ishiba pada Rabu pagi, 21 Mei.
Kontroversi bermula dari pernyataan Eto pada Minggu, 18 Mei, di mana ia mengaku tidak pernah membeli beras karena selalu mendapatkannya secara cuma-cuma dari para pendukungnya. Bahkan, ia mengklaim memiliki stok beras yang cukup banyak hingga bisa menjualnya. Pernyataan tersebut dikeluarkannya di tengah kenaikan tajam harga beras di Jepang, sebelum akhirnya ia menarik kembali ucapannya tersebut.
Pada Rabu, PM Ishiba menyatakan, “Eto memutuskan mundur dari jabatannya karena khawatir kontroversi ini akan terus menimbulkan kegaduhan dan menghambat pelaksanaan kebijakan pertanian. Saya menerima pengunduran dirinya.”
Dalam pernyataan kepada media, Eto mengakui bahwa ucapannya telah merusak upaya pemerintah untuk mengendalikan harga beras serta mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Sebelumnya, pada Selasa (20/5), PM Ishiba telah menyampaikan di hadapan Parlemen bahwa pernyataan Eto dianggap tidak layak, dan sebagai pihak yang mengangkatnya, ia turut menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Jepang.
PM Ishiba awalnya berniat mempertahankan Eto untuk tetap menjabat dan memimpin program stabilisasi harga beras. Namun, tekanan keras datang dari kalangan oposisi yang menuntut agar Eto dicopot segera dari posisinya.
Yoshihiko Noda, Ketua Partai Demokratik Konstitusional, menyatakan pada Rabu, “Saya melihat pengunduran diri ini pada dasarnya adalah pemecatan secara tidak langsung. Oleh karena itu, tindakan tersebut sudah tepat.”